Pemanfaatan Efisiensi STP sebagai Air Pengisi untuk Sistem Pendingin

Abstrak

Permintaan air yang semakin meningkat di sektor industri dan pembangkit listrik, ditambah dengan semakin langkanya sumber daya air tawar, telah mendorong eksplorasi sumber air alternatif seperti efluen yang telah diolah dari instalasi pengolahan air limbah (STP). Makalah ini membahas kelayakan teknis penggunaan efluen STP sebagai air pengisi untuk sistem pendingin.

Makalah ini juga membahas parameter kualitas air, proses pengolahan, dan bahan kimia aditif yang diperlukan untuk memastikan integrasi efluen STP yang sukses ke dalam sistem pendingin. Penekanan diberikan pada pengendalian korosi, pengendapan, dan pertumbuhan biologis melalui metode pengolahan yang ditargetkan dan pemantauan berkelanjutan.

 

Pendahuluan

Kelangkaan air adalah tantangan kritis di banyak wilayah, mendorong kebutuhan akan praktik pengelolaan air yang berkelanjutan. Penggunaan ulang efluen yang telah diolah dari STP sebagai air pengisi dalam sistem pendingin industri menawarkan solusi yang menjanjikan. Pendekatan ini tidak hanya menghemat air tawar tetapi juga menyediakan sumber air yang andal untuk proses pendinginan.

Namun, penggunaan kembali efluen STP menimbulkan tantangan terkait kualitas air, sehingga memerlukan strategi pengolahan dan pemantauan yang canggih.

 

Kelayakan Penggunaan Efluen STP dalam Sistem Pendingin

Kelayakan Teknis

Penggunaan ulang efluen STP sebagai air pengisi dalam sistem pendingin secara teknis layak. Studi telah menunjukkan bahwa efluen yang telah diolah, ketika dikondisikan dengan benar, dapat berfungsi mirip dengan air minum dalam aplikasi pendinginan. Misalnya, studi di pabrik percontohan di Australia yang menggunakan efluen sekunder yang diklorinasi menunjukkan tingkat pertumbuhan biofilm yang sebanding dengan yang diamati dengan air minum, terutama ketika pengolahan tambahan dengan klorin atau bromin klorida diterapkan [(Wijesinghe et al., 1996)

Ini menunjukkan potensi keberhasilan penggunaan ulang dengan pengolahan dan pemantauan yang tepat.

 

Pengendalian Kualitas Air untuk Efluen STP

Parameter Kunci

Metode Pengolahan

 

Pengendalian Kualitas Air untuk Sistem Pendingin

Parameter Kunci

Metode Pengolahan

Filtrasi: Filtrasi fisik menghilangkan partikel dan mengurangi TSS.

Pengolahan Kimia

 

Pemantauan dan Pengendalian

 

Praktik Terbaik untuk Aditif Kimia

Inhibitor Korosi

Inhibitor Pengendapan

 

Biocides

 

Kesimpulan

Penggunaan ulang efluen STP yang telah diolah sebagai air pengisi untuk sistem pendingin adalah solusi yang layak dan berkelanjutan untuk mengurangi konsumsi air tawar dalam aplikasi industri. Dengan menerapkan proses pengolahan yang canggih, menggunakan aditif kimia yang tepat, dan menjaga pemantauan berkelanjutan, tantangan yang terkait dengan korosi, pengendapan, dan pertumbuhan biologis dapat dikelola secara efektif. Pendekatan ini tidak hanya memastikan operasi sistem pendingin yang efisien, tetapi juga berkontribusi pada praktik pengelolaan air yang berkelanjutan.

 

Referensi:

- Chien, S., Chowdhury, I., Hsieh, M., Li, H., Dzombak, D., & Vidic, R. (2012). Control of biological growth in recirculating cooling systems using treated secondary effluent as makeup water with monochloramine. *Water Research*, 46(19), 6508-6518.

- Liu, W., Chien, S., Dzombak, D., & Vidic, R. (2012). Mineral scaling mitigation in cooling systems using tertiary-treated municipal wastewater. *Water Research*, 46(14), 4488-4498.

- Wei, L., Qin, K., Zhao, Q., Noguera, D., Xin, M., Liu, C., Keene, N. A., Wang, K., & Cui, F. (2016). Utilization of artificial recharged effluent as makeup water for industrial cooling system: corrosion and scaling. *Water Science and Technology*, 73(10), 2559-2569.

- Wijesinghe, B., Kaye, R., & Fell, C. J. D. (1996). Reuse of treated sewage effluent for cooling water make up: a feasibility study and a pilot plant study. *Water Science and Technology*, 33, 363-369.

- Ya, G. (2004). HYBRID COAGULATION AND CLARIFICATION TREATMENT FOR USING SECONDARY URBAN SEWAGE AS MAKEUP WATER OF CIRCULATING COOLING WATER IN THERMAL POWER PLANT. *Thermal Power Generation*.

Biofilm – Sumber permasalahan, identifikasi dan cara mengatasinya

Biofilm adalah suatu koloni bakteri atau mikroorganisme lain yang melekat pada permukaan dan membentuk lapisan atau film tipis.

Mekanisme pembentukan biofilm melibatkan beberapa tahapan, di antaranya :

  1. Adhesi (Penempelan) - Bakteri pertama-tama menempel pada permukaan melalui mekanisme yang kompleks dan tergantung pada jenis bakteri. Adhesi terjadi ketika permukaan bakteri bertemu dengan permukaan substrat.
  2. Pembentukan Matrices - Setelah penempelan, bakteri mulai membentuk matriks atau lapisan ekstraseluler yang terdiri dari polisakarida, protein, dan lipid. Matriks membantu menjaga kelembapan dan nutrisi, serta memberikan perlindungan terhadap faktor lingkungan yang tidak menguntungkan.
  3. Pertumbuhan dan Diferensiasi - Setelah pembentukan matriks, bakteri mulai membelah diri dan membentuk koloni. Bakteri dalam biofilm mengalami diferensiasi fenotipik, yang berarti bahwa mereka memproduksi protein dan enzim yang berbeda dari bakteri yang tidak berada dalam biofilm.
  4. Pelepasan - Setelah beberapa waktu, sebagian bakteri dalam biofilm melepaskan diri dari matriks dan meninggalkan koloni untuk membentuk biofilm baru di lokasi yang berbeda. Proses ini disebut sebagai dispersal.

Dalam mekanisme pembentukan biofilm, kolonisasi mikroorganisme pada permukaan substrat penting untuk terbentuknya biofilm, sedangkan lapisan matriks sebagai struktur pengikat dan protektif bagi mikroorganisme. Proses ini biasanya terjadi pada permukaan yang basah, seperti pada permukaan gigi, peralatan medis, dan sistem air bersih.

Proses pembentukan biofilm tidak hanya terjadi pada bakteri, tetapi juga pada organisme lain seperti jamur, alga, dan protozoa. Masing-masing jenis mikroorganisme membentuk biofilm dengan cara yang berbeda, tetapi prinsip dasarnya sama yaitu adhesi, pembentukan matriks, pertumbuhan dan diferensiasi, dan pelepasan.

Biofilm memiliki beberapa keunggulan bagi mikroorganisme, seperti meningkatkan daya tahan terhadap faktor lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti radiasi, antibiotik, dan pH yang ekstrem. Selain itu, biofilm juga dapat memberikan nutrisi dan air yang lebih stabil, serta melindungi mikroorganisme dari sistem imun host.

Namun, keberadaan biofilm juga memiliki dampak negatif terutama dalam konteks kesehatan. Biofilm dapat membantu mikroorganisme untuk bertahan hidup dalam sistem perawatan kesehatan dan menyebabkan infeksi nosokomial, seperti pada luka terbuka, kateter, dan alat pacu jantung. Biofilm juga dapat menyebabkan masalah pada sistem perpipaan, seperti pada sistem air minum dan industri makanan.

Oleh karena itu, pemahaman tentang mekanisme pembentukan biofilm sangat penting untuk mengembangkan strategi pencegahan dan pengobatan infeksi biofilm. Beberapa metode pencegahan dan pengobatan yang sedang dikembangkan termasuk penggunaan antibiotik dan senyawa anti-biofilm, serta pengembangan permukaan anti-adhesi dan teknologi pemutusan biofilm.

Penanggulangan biofilm

Biofilm merupakan masalah yang sulit diatasi, karena mikroorganisme dalam biofilm lebih tahan terhadap pengobatan dan lebih sulit dijangkau oleh agen antimikroba. Namun, terdapat beberapa cara untuk menanggulangi biofilm, di antaranya :

  1. Pencegahan - Pencegahan adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi biofilm. Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan dan mensterilkan peralatan yang sering digunakan, memperbaiki kerusakan pada sistem perpipaan, dan mengontrol kondisi lingkungan.
  2. Penggunaan Antimikroba - Penggunaan antibiotik dan antijamur dapat membantu mengurangi jumlah mikroorganisme dalam biofilm. Namun, penggunaan antimikroba harus dilakukan dengan hati-hati, karena beberapa jenis biofilm lebih tahan terhadap antibiotik dan penggunaan antibiotik secara berlebihan dapat menyebabkan resistensi mikroorganisme.
  3. Senyawa Anti-Biofilm - Terdapat beberapa senyawa anti-biofilm yang sedang dikembangkan, seperti enzim dan peptida, yang dapat merusak matriks dan membunuh mikroorganisme dalam biofilm.
  4. Teknologi Pemutusan Biofilm - Teknologi pemutusan biofilm seperti sonikasi, ozonasi, dan pemutusan listrik dapat membantu memecah matriks dan membunuh mikroorganisme dalam biofilm.
  5. Permukaan Anti-Adhesi - Permukaan anti-adhesi merupakan teknologi yang menggunakan bahan yang dapat mencegah penempelan mikroorganisme pada permukaan. Permukaan anti-adhesi dapat digunakan pada permukaan alat kesehatan dan sistem perpipaan untuk mencegah pembentukan biofilm.

Penggunaan kombinasi dari beberapa cara di atas dapat membantu mengatasi biofilm dengan lebih efektif. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan teknologi dan senyawa baru dalam mengatasi biofilm harus dilakukan dengan hati-hati dan melalui uji coba yang cermat untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.

Bahan kimia penanggulangan biofilm

Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk menanggulangi biofilm antara lain :

  1. Hidrogen Peroksida - Hidrogen peroksida (H2O2) adalah bahan kimia oksidator yang dapat membunuh mikroorganisme dalam biofilm dan merusak matriks biofilm. Penggunaan H2O2 pada konsentrasi yang tepat dapat mengurangi jumlah biofilm dan mencegah pertumbuhan biofilm pada permukaan.
  2. Asam Perasetat - Asam perasetat adalah senyawa antimikroba yang efektif dalam mengatasi biofilm pada permukaan. Asam perasetat dapat digunakan pada permukaan peralatan medis dan sistem perpipaan untuk membunuh mikroorganisme dan mencegah pembentukan biofilm.
  3. Glukonat Klorheksidin - Glukonat klorheksidin adalah senyawa antiseptik yang digunakan dalam banyak produk kesehatan, seperti pasta gigi dan obat kumur. Glukonat klorheksidin dapat merusak matriks biofilm dan membunuh mikroorganisme dalam biofilm.
  4. EDTA - EDTA (asam etilendiamintetraasetat) adalah senyawa kelat yang dapat membantu melarutkan matriks biofilm dan melemahkan ikatan antara mikroorganisme dan permukaan. Penggunaan EDTA dapat membantu mempercepat efek dari agen antimikroba dan melemahkan biofilm sehingga lebih mudah diatasi.
  5. Enzim Protease - Enzim protease adalah senyawa yang dapat memecah protein dalam matriks biofilm. Penggunaan enzim protease pada konsentrasi yang tepat dapat membantu memecah matriks dan mengurangi ketebalan biofilm.
  1. Silver Nanopartikel - Silver nanopartikel adalah senyawa antimikroba yang efektif dalam membunuh mikroorganisme dalam biofilm. Silver nanopartikel dapat merusak dinding sel bakteri dan menghambat pertumbuhan biofilm. Penggunaan silver nanopartikel pada permukaan peralatan medis dan sistem perpipaan dapat mencegah pembentukan biofilm dan mengurangi risiko infeksi nosokomial.
  2. Klorin - Klorin (Cl2) adalah bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan air untuk membunuh mikroorganisme patogen. Penggunaan klorin dalam konsentrasi yang tepat dapat membunuh mikroorganisme dalam biofilm dan merusak matriks biofilm.
  3. Quorum Sensing Inhibitor - Quorum sensing inhibitor (QSI) adalah senyawa yang dapat mengganggu komunikasi seluler antara mikroorganisme dalam biofilm. Penggunaan QSI dapat memecah koordinasi dan menghambat pertumbuhan biofilm.
  4. Chlorhexidine - Chlorhexidine adalah senyawa antiseptik yang digunakan dalam banyak produk kesehatan, seperti sabun cuci tangan dan obat kumur. Penggunaan chlorhexidine pada konsentrasi yang tepat dapat membunuh mikroorganisme dalam biofilm dan mencegah pembentukan biofilm pada permukaan.
  5. Antibiotik - Antibiotik adalah senyawa antimikroba yang sering digunakan dalam pengobatan infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik pada konsentrasi yang tepat dapat membunuh mikroorganisme dalam biofilm dan merusak matriks biofilm. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan antibiotik secara berlebihan dapat menyebabkan resistensi mikroorganisme.

Penggunaan bahan kimia dalam mengatasi biofilm harus dilakukan dengan hati-hati dan pada konsentrasi yang tepat. Selain itu, perlu diingat bahwa penggunaan kombinasi dari beberapa cara seperti teknologi pemutusan biofilm dan permukaan anti-adhesi dapat membantu meningkatkan efektivitas pengobatan dan mencegah pertumbuhan biofilm yang lebih lanjut.

Pencegahan terjadinya biofilm pada sistem pengolahan air pendingin

Untuk mencegah terjadinya biofilm pada sistem pengolahan air pendingin, beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

  1. Membersihkan sistem secara rutin - Membersihkan sistem pengolahan air pendingin secara rutin dapat menghilangkan sumber nutrisi bagi mikroorganisme dan mencegah pembentukan biofilm. Pembersihan sistem dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau teknologi pemutusan biofilm yang aman dan efektif.
  2. Mengatur suhu air - Menjaga suhu air pada tingkat yang tepat dapat membantu mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Jika suhu air terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme dan pembentukan biofilm.
  3. Mengontrol pH air - Menjaga pH air pada tingkat yang tepat dapat membantu mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan pembentukan biofilm. Jika pH air terlalu asam atau terlalu basa, maka dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme.
  4. Mengontrol kecepatan aliran air - Mengontrol kecepatan aliran air pada tingkat yang tepat dapat membantu mencegah pengendapan nutrisi dan mempertahankan sirkulasi yang baik untuk mencegah pertumbuhan biofilm.
  5. Menggunakan bahan kimia penghambat biofilm - Penggunaan bahan kimia penghambat biofilm pada sistem pengolahan air pendingin dapat membantu mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan pembentukan biofilm. Bahan kimia seperti oksidator dan antimikroba dapat digunakan pada konsentrasi yang tepat untuk mencegah pertumbuhan biofilm.
  6. Memperhatikan kebersihan sistem - Memperhatikan kebersihan sistem pengolahan air pendingin secara berkala, termasuk mengganti filter dan membersihkan kondensor dapat membantu mencegah terjadinya pengendapan nutrisi dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
  7. Menggunakan teknologi canggih - Teknologi canggih seperti sistem pemantauan otomatis dan penggunaan sensor dapat membantu mengidentifikasi potensi terjadinya pembentukan biofilm dan mengambil tindakan pencegahan secara dini.

Dengan melakukan tindakan pencegahan yang tepat dan terus menerus memantau kondisi sistem pengolahan air pendingin, maka dapat mencegah terjadinya pembentukan biofilm dan menjaga kebersihan sistem dengan baik.

Identifikasi biofilm pada suatu sistem pengolahan air pendingin

Untuk mengetahui apakah terdapat biofilm pada sistem pengolahan air pendingin, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan:

  1. Mengamati perubahan warna dan tekstur permukaan - Biofilm biasanya memiliki permukaan yang kasar dan tidak rata, dan warnanya bisa bervariasi tergantung jenis mikroorganisme yang terlibat. Jika terdapat perubahan warna dan tekstur permukaan pada sistem pengolahan air pendingin, hal ini bisa menjadi indikasi adanya biofilm.
  2. Mengamati perubahan aliran air - Biofilm dapat menyebabkan penyumbatan dan pengurangan aliran air pada sistem pengolahan air pendingin. Jika terdapat perubahan aliran air yang tidak biasa atau terdapat sisa-sisa yang menumpuk pada sistem, hal ini bisa menjadi indikasi adanya biofilm.
  3. Memeriksa suhu dan pH air - Biofilm dapat mempengaruhi suhu dan pH air pada sistem pengolahan air pendingin. Jika terdapat perubahan suhu dan pH air yang tidak biasa, hal ini bisa menjadi indikasi adanya biofilm.
  4. Melakukan pengukuran mikroba - Melakukan pengukuran jumlah mikroba pada sistem pengolahan air pendingin dapat membantu mengidentifikasi apakah ada pembentukan biofilm. Jika jumlah mikroba lebih tinggi dari biasanya, hal ini bisa menjadi indikasi adanya biofilm.
  5. Menggunakan tes kimia - Tes kimia dapat digunakan untuk mendeteksi adanya biofilm pada sistem pengolahan air pendingin. Beberapa tes kimia yang umum digunakan adalah tes biofilm dan tes ATP (adenosine triphosphate).

Dalam melakukan deteksi biofilm pada sistem pengolahan air pendingin, perlu diingat bahwa tidak semua biofilm dapat dilihat dengan mata telanjang. Beberapa jenis biofilm dapat sangat tipis dan sulit untuk dideteksi. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan metode deteksi yang akurat dan dilakukan secara berkala untuk memastikan kebersihan sistem pengolahan air pendingin.

Metode analisa untuk mengukur laju pembentukan biofilm

Untuk mengukur laju pembentukan biofilm, terdapat beberapa metode analisis yang dapat digunakan, di antaranya adalah:

  1. Konfokal Laser Scanning Microscopy (CLSM) - Metode ini dapat memberikan gambaran tiga dimensi tentang struktur dan ketebalan biofilm yang terbentuk pada permukaan. CLSM juga dapat digunakan untuk mengukur ketebalan biofilm dan melihat perubahan yang terjadi pada biofilm selama proses pertumbuhan.
  2. Crystal Violet Assay - Metode ini melibatkan penggunaan pewarna crystal violet untuk mengukur jumlah sel mikroba yang terikat pada permukaan dan membentuk biofilm. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan biofilm pada interval waktu yang ditentukan.
  3. Fluorescence In Situ Hybridization (FISH) - Metode ini menggunakan probe DNA untuk mengidentifikasi jenis mikroba yang terlibat dalam pembentukan biofilm. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan biofilm pada interval waktu yang ditentukan serta memungkinkan identifikasi spesifik dari mikroba yang terlibat dalam pembentukan biofilm.
  4. Respirometric Assay - Metode ini melibatkan penggunaan sensor oksigen dan karbon dioksida untuk mengukur laju respirasi dan aktivitas metabolisme dari mikroba yang membentuk biofilm. Metode ini dapat memberikan informasi tentang laju pertumbuhan dan aktivitas mikroba pada biofilm.
  5. Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) - Metode ini melibatkan pengukuran impedansi listrik dari permukaan yang terdapat biofilm menggunakan elektroda. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur ketebalan dan resistensi biofilm serta aktivitas mikroba pada permukaan.

Pemilihan metode analisis yang tepat tergantung pada tujuan pengukuran dan kondisi lingkungan tempat terbentuknya biofilm. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli yang berpengalaman dalam bidang analisis biofilm untuk memilih metode analisis yang paling sesuai.

Mengenal Teknologi Biopaq IC dan Thiopaq untuk Mengolah Limbah

Biopaq IC (Internal Circulation) merupakan salah satu sistem pengolah air limbah industri yang murah. Teknologi ini memungkinkan pengguna atau perusahaan mematuhi syarat batas pembuangan limbah sekaligus menghasilkan biogas pada saat yang bersamaan. Menggabungkan berbagai aspek baik biologis, fisik maupun mekanis, sistem biopaq IC bisa dibuat sesuai dengan kebutuhan setiap perusahaan. Untuk membahas lebih lanjut soal teknologi pengolah limbah ini, Sitti K. Millah., M.Sc punya gambaran sendiri.

Sitti K. Millah menjelaskan bahwa pada teknologi ini air limbah akan masuk melalui bagian bawah kemudian masuk ke bagian Mixing Section, untuk kemudian diteruskan menuju Expanded Sludge Bed. Semakin bagus bagian Mixing Section, semakin bagus pula mengolah limbahnya. Dari Expanded Sludge Bed kemudian diteruskan menuju Polishing Section. Bagian Polishing Section inilah yang akan melakukan remove pada sisa-sisa bakteri untuk kemudian dikirim menuju Gas Liquid Separater. Biogas akan dibawa ke atas kemudian akan di spread melalui separater. Gas akan keluar dari reaktor melalui bagian atas, sementara air kembali ke bawah.

“Makanya dia namanya Internal Circulation karena ada internal reaksi di dalam reaktornya.” Jelas Sitti K. Millah.

Sitti K. Millah. Kemudian menjelaskan bahwa dibandingkan dengan USB, kemampuan mengkonversi Biopaq IC jauh lebih banyak. “USB itu biasanya bisa mengkonversi COD sampai 10 kilogram cod permeter kubik  perhari. Sedangkan IC bisa konversi 20 sampai 25 kilogram cod permeter kubik  perhari.” Inilah mengapa teknologi IC sangat tepat bila digunakan para perusahaan atau pabrik dengan washwater yang sangat banyak. Misalnya pada pabrik kertas.

Proses utama cara kerja IC ini dibagi menjadi dua bagian. Ada Anaerobic Convertion by biomass dan Separation of biogas – liqued – biomass. Pada Anaerobic Convertion by biomass akan mengkonversikan limbah menjadi CH4 dan CO2.

Mengolah Gas Menggunakan Teknologi Thiopaq

Selain mengolah air limbah, Sitti K. Millah juga mengenalkan teknologi Thiopaq yang berguna untuk mengolah gas. Thiopaq merupakan salah satu teknologi pemrosesan gas yang efisien sekaligus juga ramah lingkungan karena menggunakan bakteri dari alam. Bakteri ini bisa dikembangkan di lapangan-lapangan gas di Indonesia. Sama seperti Biopaq IC, Thiopaq juga dikembangkan oleh Paques.

Proses Thiopaq terdiri dari tiga bagian yang saling terintegrasi. Ada absorber, reaktor biologi aerobik dan pemisahan sulfur. Salah satu bagian unik dariproses Thiopaq adalah proses Thiopaq adalah penggunaan biokatalis hidup untuk mengoksidasi H2S menjadi elemen sulfur. Biokatalis yang yang dimaksud adalah kelompok organisme alami yang mengkonsumsi sulfur atau disebut pula Thiobacilli.

Sitti K. Millah menjelaskan bahwa proses pertama dalam Thiopaq dimulai dari sulphide absorbtion. Pada bagian ini H2S masuk kemudian di spread oleh alkali water, kemudian larut di dalam air. Lalu ada bagian biological sulphide convertion, inilah bagian yang mempertemukan H2S dengan bakteri untuk kemudian masuk ke bagian sulphur separation.

Perlu dipahami bahwa dalam proses anaerobic itu terjadi dalam 4 tahapan. Ada hidrolisis, aksidogenesis, setogenesis, metanogenesis. Jadi dalam melakukan anaerobic itu tidak hanya dibutuhkan satu jenis bakteri saja, melainkan berbagai jenis bekteri. Begitu juga dengan yang ada di dalam granul ini, ada banyak bakteri didalamnya. Misalnya setelah wash water itu pasti hanya dibutuhkan hidrolisis. Hidrolisis itu contohnya h2o dijadikan glukosa. Kalau proses sederhana seperti ini, tidak diperlukan bakteri khusus. Sebab sudah ada di wash waternya sendiri.

Sementara di dalam granul ini ada bakteri yang lebih kompleks. Tepatnya yang dibutuhkan dalam proses aksidogenesis dan metanogenesis. “bakteri aksidogenesis ada dibagian luar granul, sementara bakteri metanogenesis ada di bagian dalam. Hal ini karena bakteri metanogenesis sangat tidak suka oksigen.” Terang Sitti K. Millah.

Semua proses terjadi di dalam granul. Contohnya bakteri aksidogenesis menghasilkan substrat cfe, cfe kemudian diolah oleh bakteri metanogenesis untuk menjadi CH4.

Mengenal Teknik Cathodic Protection dan Teknik Pemasangannya

Teman-teman sekalian kita mengenal sebuah sistem cathodic protection ketika berupaya untuk meredam terjadinya suatu korosi. Hanya saja perlu dipahami, korosi itu adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Korosi itu pasti terjadi. Hal ini karena korosi secara alami telah didesain oleh Yang Mahakuasa untuk mengembalikan semua zat, semua jenis metal kem kembali menjadi bentuk tanah.

Kita tidak bisa mencegah terjadinya korosi tapi kita bisa memperlambat terjadinya korosi dan cathodic protection adalah salah satunya yang bisa kita lakukan. Hanya perlu diingat proses cathodic protection itu bukanlah proses utama untuk mencegah terjadinya korosi. Tetapi ia adalah proses sekunder. Proses utamanya adalah kita harus memilih material yang tepat yang anti korosi. Jadi misalkan pada sebuah pemipaan untuk jalur Migas kita bisa pilih materian seperti duplex atau stainless 316.

Kemudian kita lapisi dengan suatu proses efoksi atau pengecatan sehingga sehingga tidak terjadi korosi. Dan cathodic protection adalah suatu sistem yang digunakan untuk menyempurnakan penghambatan terhadap terjadinya korosi.

Kenapa Bisa Terjadi Korosi?

Untuk memahami suatu proses cathodic protection kita juga harus terlebih dahulu paham kenapa sih bisa terjadi korosi? Ternyata ada tiga yang membuat korosi itu terjadi. Pertama; ada dua unit program yang kontak secara elektrik karena kemungkinan terjadinya arus listrik. Perlu dipahami, bahwa masing-masing logam itu memiliki conductivity yang dapat memberikan kontak satu dengan yang lainya.

Kedua; dua buah logam itu memiliki beda potensial. Misalnya perbedaan potensi antara nikel dan zinc. Ketiga; adanya cairan elektrolit ataupun air yang tercampur dengan garam dimana rata-rata air yang ada di alam ini biasanya sudah mengandung mineral kecuali air hasil desalinasi ataupun hasil demineralisasi.

Lantas dimana posisi kita biasa untuk mengaplikasikan cathodic protection itu? cathodic protection biasa kita aplikasikan pada suatu sistem yang benar-benar menjaga dari terjadinya korosi.  Maksudnya menjaga ini adalah menghindari terjadinya korosi dalam jangka waktu yang sangat lama. Karena kalau terjadi korosi di sana kemungkinan akan terjadi kecelakaan ataupun kejadian yang benar-benar membahayakan.

Misalkan suatu pipa gas yang ditanam oleh PGN itu harus dipasang cathodic protection dan juga sistem efoction atau Coating. Kenapa? karena kalau tidak dipasang, dan terjadi suatu kebocoran atau korosi, maka dapat membuat gas dapat keluar dari pipa tersebut. Dan jika bertemu dengan panas atau sinar matahari yang panas akhirnya dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan. Makanya proses cathodic protection untuk menghindari korosi itu harus dipasang.

Kemudian pemasangan ini juga bagian dari asuransi yang dimiliki pabrik sebagai bagian dari perlindungan untuk ara usernya. Tujuanya untuk memastikan tidak terjadinya kecelakaan yang bisa dialami user ataupun natural disester. Dengan begitu cathodic protection sangat-sangatlah penting untuk diberikan.

Cara Kerja Katodik Protection

Oke, kita masuk ke pembahasan utama soal bagaimana cara kerja sebuah cathodic protection itu? Prinsip dasar cara kerja cathodic protection bekerja adalah dengan mengurangi laju korosi dengan menjadikan suatu logam menjadi katoda melalui metode arus paksa atau dengan menghubungkan logam.

Maksudnya begini, kita semua  tahu bahwa hampir semua pipa yang kita gunakan itu memiliki bahan dasar dari Fe ataupun dari besi. Maka dari itu untuk menghindari besi menjadi berkarat atau korosi, maka kita akan memasang anoda lain yang memiliki deret volta lebih rendah susunanya dari besi.

Misalkan kita pasang zinc atau bisa pula pasang megnesium yang punya deret volta lebih rendah dari Fe sebagai katoda. Jadi kita buat sistem utamanya terlindung. Besinya terlindung dari korosi. Jadi besi sebagai logam utama tidak korosi dengan jalan mengalihkan korosinya ke logam lain. Dimana korosi lebih suka pada logam yang kita gunakan sebagai katoda.

Kita andaikan cathodic protection itu seperti sistem yang kita gunakan untuk melindungi kue. Kita adalah kuenya dan korosinya adalah semu. Lalu katodik protection-nya adalah gula. Sebab kita bisa menggunakan gula sebagai pelindung kue. Misalnya kita taruh gula didekat kue untuk menarik perhatian semut. Maka semut akan memilih untuk memakan gula dan kue kita akan terlindungi.

Kue kita akan tetap aman selama semut memakan gula. Baru ketika semua sudah bosan dengan gula, kue kita akan dimakan. Nah seperti itulah cara kerja katodik protection. Jadi cathodic protection adalah gula dan kue adalah pipa yang kita lindungi.

 

Teknik Pemasangan Cathodic Protection di Darat

Untuk memasang cathodic protection di darat, tidak bisa langsung dilakukan begitu saja. Harus ada beberapa langkah agar pemasangan tepat. Berikut langkah-langkah pemasangan cathodic protection di darat.

  1. Ketahui dulu klasifikasi lokasi daratnya

Pertama yang harus kita ketahui soal bagaimana cara memasang cathodic protection di darat adalah klasifikasi daratnya. Apakah daratnya itu di dalam tanah atau di atas tanah atau mungkin di tanah yang ada sungainya. Kita musti tahu terlebih dahulu hal ini. Sebab masing-masing lokasi daratnya memiliki aturan pemasangan yang berbeda. Tidak bisa disamakan.

Metode cathodic protection itu adalah metode tambahan dari proses coating yang biasanya digunakan hanya pada keadaan tertentu. Jadi tidak serta merta langsung dipasang cathodic protection begitu saja. Soalnya untuk perlindungan pipa, biasanya yang paling mudah dan paling murah untuk digunakan itu cukup dengan proses coating saja.

Misalkan ternyata pemasangan pipa itu ada di atas tanah, tentu saja lebih disarankan memasang coating saja, tidak perlu adanya cathodic protection. Selain lebih hemat biaya, juga cathodic protection tidak terlalu dibutuhkan. Kecuali ada permintaan atau keharusan dari pihak asuransi atau user untuk memasang cathodic protection.

  1. Pilih jenis cathodic protection

Kedua, langkah selanjutnya untuk memasang cathodic protection di darat adalah kita juga harus mengetahui tentang apa sih yang sebaiknya kita pilih antara galvanic atau dikenal dengan metode anoda terkorban atau secrificial anoude atau yang dikenal dengan impress current. Karena ada dua jenis cathodic protection itu.

Yang pertama itu metode anoda terkorban, yang biasanya dijadikan pilihan untuk area yang jauh dari sumber listrik. Biasanya di daerah pedalaman atau di area hutan, atau area terpinggir yang susah dilakukan pemantauan. Ini lebih baik bila menggunakan metode anoda terkorban.

Kalau yang kedua kita bisa menggunakan metode impress current kalau ternyata sebelumnya telah ada history kalau kurang efektif bila menggunakan metode secrificial anoude sehingga perlu digunakan metode impress current. Jadi kita ketahui dulu mana sebagainya yang kita pilih.

Hanya kebanyakan memang menggunakan metode anoda terkorban. Sebab biasanya lebih murah, dan juga tidak perlu dilakukan pemantauan serta tidak pula tergantung listrik.

Beda dengan bila kita menggunakan metode impress current dimana dalam keadaan tertentu ketika kita pasang cathodic protection tapi tiba-tiba mati listrik, maka otomatis  cathodic protectionya tidak akan bekerja. Karena yang kita pasang itu biasanya logam yang lebih mulia.

Misalnya kadang-kadang kita pasang platina atau tinanium. Kalau listriknya mati, akibatnya pencegahan korosi tidak efektif, justru malah sebaliknya. Korosi malah mudah terjadi di pipa.

  1. Pilih Anoda Cathodic Protection

Kemudian setelah metode apa yang kita pilih, maka selanjutnya untuk memasang cathodic protection adalah kita pilih anodanya. Untuk anoda yang biasa dipasang untuk cathodic protection di pemipaan darat biasanya kita pasang anoda yang terbuat dari magnesium.

Karena berdasarkan pengalaman, katoda yang terbuat dari magnesium atau magnesium higbrit ini lebih bagus di banding dengan menggunakan katoda yang terbuat dari zinc. Inilah alasan utama kenapa kita kerap pilih magnesium.

  1. Mengetahui Faktor Lain

Langkah keempat dalam memasang cathodic protection di pemipaan darat adalah memperhatikan faktor lain. Setelah kita pilih jenis cathodic protection dan anodanya, perlu juga kita perhatikan faktor-faktor lainya. Karena kita pasang cathodic protection ini dalam tanah maka faktor-faktor yang kemungkinan mempengaaruhi harus kita perhatikan.

Untuk mengetahui faktor-faktor lain ini, kita bisa lakukan wawancara terlebih dahulu. Misalnya faktor yang perlu kita perhatikan adalah kondisi alam yang sering ada gempa, sehingga perlu kita perhitungkan apakah kita perlu tambahan untuk memperkuat cathodic protection atau tidak.

Kemudian juga perlu kita ambil sampel tanah untuk diuji terlebih dahulu untuk diuji resistivity atau nilai hambat. Nilai hambat yang kita perlukan itu sekitar 200 ohm per cm. Jadi kita harus tahu dulu nilai hambat tanahnya, jangan sampai setelah kita survei ternyata tanahnya banyak mengandung besi atau mangan.

Misalnya yang ada di daerah kalimantan, itu harus hati-hati. Butuh penanganan khusus. Pemasangan harus menggunakan kantong karbon atau kontong yang diisi karbon aktif.

Kemudian jika kita perlu perhatikan jenis anoda apa yang akan dipakai. Lalu survei juga berapa panjang pipa yang mau kita pasang cathodic protection, juga perhatikan diameter pipa dan kedalaman pipa di dalam tanah. Faktor berikutnya yang tidak boleh kita lupakan adalah material pipanya apa dan telah di coating dengan apa. Terakhir, wajib diperhatikan pula berapa tahun umur proteksi yang diminta.

  1. Pemasangan Cathodic Protection

Jika semua itu sudah dapat jawabanya. Maka langkah selanjutnya sekaligus langkah terakhir adalah pemasangan cathodic protection. Pemasanganya dimulai dengan menghitung kebutuhan cathodic protection. Hanya untuk hitung-hitungan kebutuhan pemasangan cathodic protection kita bahas dalam artikel selanjutnya.

Baru setelah itu kita lakukan penggalian area untuk penempatan anoda. Penggalian area tentu memperhitungkan jarak-jarak tiap – tiap cathodic protection dan juga apakah area tersebut ada kemungkinan longsor atau bahaya atau tidak. Ada sarang binatang atau tidak. Jangan sampai begitu kita gali tanah, ternyata di dalamya menjadi sarang ular. Soalnya hal ini sering terjadi.

Setelah itu, kita taruh anoda kita di dalam kantong yang telah diisi dengan karbon aktif atau dengan campuran lain semisal bentonit atau lainya, lalu backpil. Ketika backpil, pastikan dengan komposisi tanah yang bagus atau dengan custon backpil lainya. Ini juga akan kita bahas dalam artikel selanjutnya.

Terakhir kita lakukan pengetesan. Cara mudah melakukan pengetesan adalah dengan menggunakan multi tester untuk melihat perbedaan potensian pada pipa setelah dipasang cathodic protection dan nilai maksimum cathodic protection yang digunakan dalam memproteksi pipa. Jadi kita lihat apakah nilainya masuk atau tidak dengan membandingkan antara nilai protesi minimum yang ditetapkan oleh Nance.

Ukuranya adalah jika dia lebih kecil dari -850 milivolt dan kalau dia lebih besar dari 1700 milivolt maka dianggap gaagal. Jadi dia harus berada di nilai antara nilai tersebut. Cukup ya soal cara pemasangan cathodic protection di darat, semoga bermanfaaat.

Tips Pembuatan Formulasi Kimia untuk Produk Spesifik Dengan Tujuan Longterm Bussiness

Dan bagaimana sebenarnya cara-cara untuk dapat mendapatkan formulasi yang tepat serta menjaga relasi bisnis jangka panjang , akan saya coba beberkan secara singkat dalam tulisan ini.

  1. Dengarkan Konsumen

Hal pertama yang harus kita lakukan untuk membuat formula, adalah dengan mendengarkan konsumen. Biarkan dia bercerita panjang lebar permasalahan yang dihadapi, baik masalah terkait bahan kimia yang digunakan, masalah pekerjaan, rumah dan lain sebagainya.

Ini dilakukan untuk mendapatkan view utuh mengenai akar masalahnya. Dan sekaligus untuk menjalin hubungan dengan customer dengan lebih dalam, tapi jangan sampai baper dan menjalin asmara ya hehehe, tetap profesional saja. Ini akan membuat customer lebih nyaman curhat dan juga akan membantu memberikan informasi tentang kompetitor, dosis yang digunakan dan lainnya.

  1. Ambil data lebih mendetail

Langkah kedua adalah kita harus mengambil data secara lebih mendetail. Caranya adalah dengan datang ke tempat customer dengan melihat langsung bagaimana produk tersebut digunakan. Lihat bagaimana produk tersebut dibubuhkan, berapa banyak dosisnya, kondisi saat pembubuhan, kondisi setelah pembubuhan, kondisi mesin yang menggunakan produk tersebut, kondisi air yang terkena produk, suhu oprasi dan lain sebagainya. Catat semua data terkait dengan penggunaan produk, baik before dan afternya.

Lakukan juga wawancara pada operator yang menggunakan produk tersebut, untuk mendapatkan data insight. Wawancara dilakukan dalam suasana formal dan non formal seperti sembari ngopi atau merokok agar lebih terbuka. Wawancara terhadap operator sangat penting, karena dalam banyak kasus, terkadang operator yang menggunakan produk sebenarnya memiliki saran yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, namun karena jalur kebijakan yang panjang membuat suara operator tidak didengar oleh mamajemen.

  1. Cari Sumber Permasalahan

Setelah mendapatkan data-data yang cukup, serta insight dari PIC dan operator biasanya kita sebagai formulator akan mendapatkan sumber permasalahan aslinya. Sebagai contoh, customer menghubungi saya untuk menceritakan masalah produk coolant yang dia gunakan. Produk tersebut disebut tidak mampu untuk memberikan perlindungan maksimal pada mesin yang membuat mesin mudah aus.

Secara sekilas, kita pasti mengira bahwa masalah utamanya terdapat pada produk tersebut tetapi setelah saya telusur dan berbicara dengan operator ternyata masalahnya terdapat pada thermostat yang ada di mesin. Thermostat pada mesin tidak bekerja dengan baik sehingga salah memberikan sinyal perintah pada mesin.

Maka solusi yang saya lakukan adalah memberikan produk, plus service perbaikan thermostat (Servis ini dibuat gratis saja ketika produk dikirim). Maka akhirnya win, kita mendapatkan customer, customer puas dan keuntungan didapat.

  1. Periksa Formula Existing dan Literatur

Jikalau ternyata permasalahan inti adalah pada produk, maka kita bisa memeriksa formula produk yang disediakan. Kita bisa melakukan pemeriksaan terhadap MSDS dari sana biasanya kita mendapatkan informasi bahan aktif apa saja yang digunakan.

Kita juga bisa memeriksanya di google dengan membuka google patent, biasanya disana terdapat rincian formulasi produk sejenis dengan yang ingin kita buat. Atau kita bisa juga mengecek daftar formulasi yang sudah kita buat sebelumnya, dan dari sana bisa kita langsung trial jika dirasa cocok atau bisa kita improve sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Improvement kita lakukan dengan memperhatikan kondisi penggunaan produk di lapangan, dan waktu penggunaannya. Seperti produk pembersih mesin yang saya formulasikan, dibuat lebih unggul daripada yang ada dipasar disebabkan pH produk ini berada pada posisi netral dan tidak akan membuat korosi pada mesin sedangkan produk lain memiliki pH yang asam.

  1. Bandingkan Antar Parameter

Setelah memeriksa formula dan literatur, maka kita bandingkan antara parameternya. Parameter yang dibandingkan adalah antara kondisi rekomendasi dari produk eksisting dengan kondisi real penggunaan. Periksa apakah sesuai atau tidak.

Terkadang, banyak juga produk yang digunakan ternyata tidak sesuai dengan peruntukannya. Hal ini disebabkan karena terlalu jagonya sales produk tersebut sehingga dengan segala janji dan jaminan akhirnya dia menjual produk yang bukan peruntukannya tersebut.

Tugas kita sebagai pengusaha yang ingin terus dapat dipercaya oleh customer adalah dengan memberikan produk yang benar-benar sesuai untuk peruntukannya. Dan itu semua kita dapat ketahui dengan cara membandingkan antara formula existing dengan kondisi operasional nyata di lapangan.

  1. Mulai Formulasi Utamakan dari Bahan Dalam Negeri

Setelah semua hal kita ketahui, formula juga sudah kita miliki maka kita akan mulai membuat formulasinya. Formulasi dibuat dengan mengutamakan kandungan bahan yang ada dalam negeri untuk memudahkan ketersediaan ketika terjadi repeat order. Hal ini juga membuat delivery time semakin cepat manakala produk diperlukan secara mendadak.

Untuk bahan baku yang tidak ada di dalam negeri, maka dicoba cari alternatif lain yang sejenis namun tetap tersedia di dalam negeri. Faktor harga tentu juga menjadi pertimbangan, namun jangan menjadi yang utama sebab kita tahu persis bahwa delivery time dari luar negeri akan berkali-kali lipat lebih lama dari dalam negeri.

Formulasi dilakukan sembari melakukan trial secara internal di workshop atau laboratorium yang kita miliki. Pemeriksaan terhadap beberapa parameter juga dilakukan, terutama yang terkait langsung dengan parameter di lapangan seperti suhu, debit, waktu perendaman dan lainnya. Hal ini dilakukan secara 3 kali hingga mendapatkan hasil yang konsisten.

  1. Trial di Customer dengan Optimasi Service

Setelah formulasi selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan trial di tempat customer. Lakukan trial secara gratis (jika memungkinkan) dan jika bisa buatlah gentleman agreement bahwa jika produk yang diujikan berhasil maka akan dilakukan purchase order.

Agreement tadi dibuat dengan hati-hati agar jangan sampai menyinggung customer, namun tetap menjadi garis tebal agar diperhatikan. Hal ini penting agar jangan sampai apa yang telah kita lakukan menjadi sia-sia dan hanya menjadi pertunjukan belaka.

Pastikan pada saat trial, semua kondisi operasi sesuai dengan formula yang kita buat. Jangan sampai ada kondisi yang tidak match dengan formula yang kita buat.

Jika sebenarnya permasalah bukan terjadi pada produk, maka lakukan perbaikan terlebih dahulu pada titik yang menjadi masalah. Perbaikan dilakukan diusahakan tidak terlihat jelas oleh customer, khawatir customer yang nakal akan membatalkan pembelian produk jika tahu titik masalah yang terjadi tidak secara langsung berada pada produk.

Pastikan hasil trial terukur dari beragam parameter, misalnya dari sisi pH, turbidity, ORP atau lainnya. Dan buatlah foto dokumentasi before dan after. Hal ini sangat penting untuk bahan presentasi dan pembuktian terhadap kontrak yang dijanjikan.

  1. Berikan After Sales Service Terbaik

Setelah formulasi dan trial berjalan dengan baik, lalu ditutup dengan purchase order maka tahapan selanjutnya adalah dengan memberikan after sales service yang baik.

After sales servis yang diberikan bukan hanya kunjungan ketika ada masalah, namun juga kunjungan rutin untuk mengeratkan hubungan. Selain untuk memberikan laporan kinerja produk yang dipasang ditempat customer, kunjungan juga dilakukan untuk mendapatkan informasi update tentang kebutuhan-kebutuhan lainnya di tempat customer. Selain itu juga kita perlu untuk rutin mengobrol dengan PIC dan juga operator agar terjalin hubungan erat yang tidak bisa dinilai dengan uang, sebab banyak kejadian produk Anda tersingkir bukan karena produknya tidak bagus tapi lebih kepada human relation yang kurang bagus.

Pertahankan after sales servis secara baik, sembari terus menggali kebutuhan yang ada ditempat customer. Jika memungkinkan coba kembangkan daftar nama, dengan mencari rekan customer yang juga membutuhkan produk yang kita jual. Pastikan ketika produk terjual lewat referensi customer, maka customer tersebut mendapatkan sesuatu yang bernilai selain ucapan terima kasih.

Sekian beberapa tips yang bisa saya berikan untuk rekan-rekan sekalian. Saya harap dapat membantu rekan-rekan dalam berbisnis baik dibidang kimia atau bidang yang lain. Satu lagi pesan penting yang saya berikan adalah “Jangan mengejar keuntungan sebesar-besarnya, tapi kejarlah kepuasan konsumen dengan sejujur-jujurnya niscaya bisnis Anda akan menjadi Longterm bisnis”

 

Salam Hormat,

Agus Umar Yasin

Bagaimana Memilih Tipe Aerasi dan Aerator yang tepat untuk WWTP Anda

Definisi Aerasi

Aerasi adalah suatu proses memasukan udara kedalam air atau zat lainnya. Proses aerasi bisa dilakukan dengan cara pengadukan mekanis ataupun dengan difusi udara menggunakan mesin tertentu.

Aerasi biasa dilakukan pada air, makanan, dan minuman untuk menambahkan cita rasa ataupun untuk menyempurnakan pengadukan dari zat-zat yang coba dicampurkan di dalamnya.

Dalam dunia pertanian, proses membajak lahan juga sejatinya adalah usaha dalam melakukan aerasi terhadap tanah agar terjadi pertukaran antara oksigen dan karbon dioksida. Selain itu adanya cacing di dalam tanah juga membantu proses aerasi terjadi, sehingga tanah yang banyak cacingnya disebut tanah cacingan eh tanah yang subur deng hahaha.

 

Proses Aerasi Terjadi Juga di Alam Lho

Proses aerasi sudah umum sekali terjadi di alam, salah satunya ya cacing itu tadi yang membuat lubang-lubang di tanah sehingga udara bisa masuk. Salah duanya, eh bukan tapi contoh keduanya adalah ombak di laut yang terus bergerak, ketika ombak terangkat saat itu air laut tengah menangkap udara dan ketika ombak jatuh maka saat itu juga air sedang dicampurkan udara yang telah tertangkap.

Selanjutnya adalah proses jatuhnya air dari ketinggian pada air terjun. Pada saat jatuh, butiran air menangkap udara disekitar yang mengakibatkan udara tersebut ikut masuk ke dalam molekul air yang sedang jatuh. Itulah salah satu alasan kenapa banyak buih ketika air terjun mencapai permukaan bawah.

Proses aerasi yang terjadi di alam, khususnya pada air membuat air tersebut kaya akan oksigen dan mengakibatkan air tersebut rasanya lebih segar dibanding air biasa. Ga percaya? Cobain aja deh maen ke air terjun, kemudian coba cuci muka, pasti rasanya segar sekali seperti di iklan-iklan hehehe. Dan itu karena adanya proses aerasi alami ciptaan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Lembut (detail).

Memang kenapa sih penting banget itu Aerasi?

Kamu suka ga berenang di air got atau air comberan?? Ya Enggaklah, emangnya kamu ikan Lele Mutan apah!?

Air got dan air comberan itu, bisa hitam dan bau itu karena kurangnya proses aerasi. Dalam air got atau air comberan itu terdapat banyak sekali zat organik maupun anorganik yang membutuhkan proses aerasi sehingga bisa teroksidasi. Jika tidak percaya, silahkan kamu ambil satu ember air got kemudian kamu aerasi dengan aerator aquarium dan tunggu satu sampai dua hari maka niscaya akan ada perubahan warna dan tingkat kejernihan dari air got tadi pasti jadi lebih baik (Lebih bening maksudnya).

Oh iya, aerasi juga sangat penting karena proses ini memastikan ikan-ikan yang ada di sungai, danau, dan juga lautan tidak mati kekurangan oksigen. Bayangkan kalau tidak ada aerasi, maka tentu itu ikan, kepiting, ubur-ubur, dan bintang laut semuanya mesti bawa tabung oksigen untuk dapat memenuhi kebutuhan udara mereka. Maka ini semua bukti kekuasan Allah, yang telah maha mengatur dan memikirkan kebutuhan seluruh mahluknya sedetail detailnya, Kerenkan Tuhan kita :).

Kalau Aerasi bisa terjadi di alam kenapa ga air limbah kita gelontorin aja ga usah di aerasi segala??

Ya elah, ya kaga boleh begitulah oncom!! Perilaku seperti itu namanya tidak bertanggung jawab, itu mah berani berbuat tidak berani bertanggung jenab eh jawab.

Begini ya abang ganteng... yang ada di alam ini adalah proses pengolahan dan aerasi untuk kotoran yang ringan aliasi tidak berat berat amat kandungan toksiknya. Nah kalau yang berasal dari kegiatan industri, limbahnya itu berbahaya karena banyak kandungan racun baik organik maupun anorganik, makanya alam tidak dapat mengolah air limbah dari industri, yang ada malah alamnya yang rusak.

Berarti semua air limbah aslinya Cuma butuh di aduk aduk sama udara, hasilnya jadi deh itu air bersih!?

Ya engga gitu juga mince! Aerasi itu hanyalah satu dari ratusan proses yang ada di installasi pengolahan air limbah atau waste water treatment plant. Dan kita kan sudah singgung sebelumnya bahwa tugas utama aerasi itu aslinya hanya untuk memasukan udara ke dalam air. Dari sana nanti oksigen dapat membantu proses oksidasi pada air limbah, dan juga memberi suplai pada organisme pengurai yang ada di air limbah.

Nah,  di air limbah itu sendiri kan banyak itu parameter pencemarnya yang membutuhkan proses penguraian selain dengan aerasi seperti proses pengendapan, proses filtrasi, proses desinfeksi dan segala rupa temannya. Itu semua dikarenakan jumlah zat racunnya yang sangat banyak sehingga perlu rupa-rupa jenis treatment.

Jadi, intinya Kaga bisa dan kaga boleh nyang namanya membuang air limbah sebelum diolah menjadi aman langsung ke Lingkungan! Kalau situ nekat, nanti ane laporin sama satgas terdekat biar ente disuruh minum itu aer limbah semua (Kembung-kembung dah!)

Posisinya dimana sih proses aerasi itu di Pengolahan Air Limbah?

Posisinya macem-macem bisa dipakai jadi striker, gelandang tengah, bek, ataupun jadi keeper!

Lah kok kayak maen bola kita bang?

Itukan perumpamaan untuk memudahkan pengertiannya. Jadi aerasi itu beneran bisa ditaruh di depan sebagai pretreatment di equalisasi, di tengah sebagai secondary proses di biological system, di belakang untuk proses polishing atau kadang di akhir untuk proses desinfeksi. Jadi bisa macem-macem jenis dan penempatan aerasi itu sendiri.

Di bagian depan, sebagai penerima air limbah yang masuk, proses aerasi berfungsi sebagai homogenizer dan penurun suhu air. Di bagian tengah atau Biological process, proses aerasi berfungsi sebagai suplaier oksigen untuk microorganisme agar bisa hidup dan bekerja mengurai air limbah yang datang. Di bagian belakang dipasang pada

 

Dua Jenis Aerasi di Wastewater Treatment

Dalam proses wastewater treatment ada dua jenis aerasi yang umum digunakan sampai saat ini, yakni ;

Surface Aeration, sesuai namanya adalah sebuah proses aerasi dengan titik distribusi udara yang berada pada permukaan air limbah. Jadi pada sistem Surface aerator biasanya terdiri dari mesin jet aerator yang dipasang mengapung pada permukaan air. Secara model ada dua tipe surface aerator, yang bisa dilihat dibawah ini.

Bottom Aeration sesuai dengan namanya adalah proses aerasi dengan titik distribusi udara yang berada pada dasar permukaan air limbah. Di proses bottom aeration, tangki aerasi akan diberikan diffusser yang berupa disc ataupun tube yang diletakan pada dasar kolam. Dari diffuser tersebut nantinya akan keluar udara yang berasal dari blower ataupun kompressor.

 

Perbadaan dua jenis Aerasi

Walaupun masing-masing jenis aerasi diatas masih memiliki turunan, tapi secara umum ada beberapa perbedaan antara kedua jenis aerasi ini. Perbedaan ini akan meliputi beberapa hal, dari mulai teknik pemasangan, konsumsi energi. Kebutuhan maintenance dan lainnya.

Kriteria Pemilihan Jenis Aerasi

Seperti memilih jodoh, kita juga tentu perlu mempertimbangkan banyak hal untuk memaitikan hubungan kita akan langgeng dan bertahan lama.  Memilih sistem aerasi juga tidak jauh berbeda dengan hal ini. Walaupun banyak tipe dan jenis aerasi yang tersedia di pasaran, tentu kita harus teliti dalam memilih yang tepat untuk air limbah yang kita akan olah.

  1. Kriteria berdasarkan Jenis Air Limbah
  2. Kekentalan Air Limbah

Semakin kental air limbah yang datang tentu akan menyulitkan proses masuknya oksigen kedalam molekul air tersebut. Maka untuk menyiasati hal ini, kita harus jeli dalam memilih jenis aerasi yang akan dipasang.

Aerasi menggunakan bottom aerator hanya efektif untuk air limbah dengan kekentalan dibawah 3 centipoise, sedangkan aerator jenis surface aerator cocok hingga 5 centipoise dikarenakan sifatnya yang mencampurkan udara dengan perputaran mixer motor.

Pertanyaannya adalah bagaimana jika air limbah yang datang memiliki kekentalan diatas 5 centipoise? Untuk air limbah dengan jenis seperti ini tentu diperlukan proses pretreatment sebelum dilakukan proses aerasi. Air limbah dengan kekentalan diatas 5 Cp, kemungkinan besar banyak mengandung lumpur (TSS = Total Suspended Solid) yang wajib dipisahkan terlebih dahulu.

Pemisahan zat kental tadi dimaksudkan untuk mengurangi beban kerja dari aerator dan juga untuk mengefektifkan proses difusi oksigen ke dalam molekul air.

Kandungan orgnik dalam air limbah juga turut menentukan pemilihan aerator. Untuk aerator dengan kandungan organik yang tinggi sebenarnya lebih efektif jikalau diproses dengan treatment anaerobic terlebih dahulu. Namun pada kasus dimana perusahaan tidak memiliki lahan yang luas. Maka proses aerasi tentu jadi pilihan utamanya.

Kemampuan surface dan bottom aerator keduanya cukup baik dalam menangani air limbah dengan tingkat organic content yang cukup tinggi. Namun dari segi kekuatan transfer oksigen rate, yang berakibat pada penurunan nilai BOD tetap diungguli oleh surface aerator.

Zat yang mudah menguap atau volatile substance, sebagian besar terdapat pada senyawa organik yang tentu mempengaruhi nilai BOD dari suatu air limbah. Penggunaan bottom aerator untuk menangani air limbah dengan volatile substance yang besar adalah dengan mendifusikan oksigen pada zat organik tersebut sehingga dapat diurai oleh mikroorganisme. Sehingga penurunan bau akan sangat tergantung pada kinerja bakteri.

Sedangkan pada surface aerator, khususnya pada Jet Aerator MTO2 yang kami produksi, volatile substance dipaksa untuk keluar dari air limbah dengan transfer oksigen yang tinggi. Hal ini menyebabkan output proses dari surface aerator sering lebih baik daripada dengan bottom aerator, karena penguraian zat organik yang bersifat volatile tidak tergantung pada kinerja penguraian air limbah oleh bakteri.

  1. Kriteria berdasarkan kolam Air Limbah
  2. Luasan Kolam Air Limbah

Untuk kolam yang air limbah yang sangat luas, misalnya 100 m2, maka akan diperlukan lebih dari 1 unit bahkan hingga surface aerator agar bisa mengcover area tersebut. Namun jika menggunakan bottom aerator maka cukup 2 unit yang dapat berjalan secara bergantian. Namun, dengan jumlah diffusser yang tetap harus dapat mengcover seluruh luasan area tangki.

Walalupun begitu, dalam proses perhitungannya secara cost installasi antara bottom dan surface aerator untuk mengcover area yang sama yakni 100 m2. Ternyata nilai yang diperlukan tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan dibutuhkan begitu banyak pemasangan diffusser dan pipa transfer udara untuk menjangkau keseluruhan area, yang dibanding dengan pemasangan surface aerator yang mudah yang hanya memerlukan tali sling pengikat surface aerator saja.

Kolam air limbah dengan kedalaman lebih dari 6 meter, akan kurang efektif jikalau menggunakan bottom aerator dan akan lebih efektif dengan surface aerator.

Hal ini dikarenakan tekanan dari blower/kompressor yang digunakan untuk bottom aerator akan dibagikan pada banyak titik tergantung dari jumlah diffusser yang ada. Ditambah lagi dengan “pencecikan tekanan udara pada diffusser” akan membuat tekanan yang keluar dari diffuser semakin kecil. Hal ini akan membuat gelembung udara dari diffuser sulit untuk menyentuh permukaan air jikalau diletakan pada kedalaman diatas 6 meter.

Berbeda halnya dengan surface aerator, mesin surface aerator mampu untuk mendifusikan udara bahkan hingga kedalaman 8 meter. Hal ini dikarenakan pada mesin surface aerator tidak ada pengecilan tekanan seperti pada bottom aerator.

Untuk sistem yang air limbahnya datang secara terus menerus tanpa jeda, maka tidak disarankan untuk mengambil opsi bottom aerator. Sebab bottom aerator memerlukan waktu pendifusian oksigen yang cukup lama sehingga waktu tinggal air limbah dalam tangki biasanya minimal selama 4 jam baru dapat menyerap oksigen secara sempurna.

Berbeda halnya dengan surface aerator, karena kecepatan transfer oksigen yang cepat maka kolam air limbah dapat dibuat hingga 1-2 jam debit saja. Dan juga dikarenakan sifatnya yang tidak memerlukan pengurasan ketika maintenance, maka pemilihan surface aerator adalah lebih tepat melihat kedatangan air limbah yang tanpa jeda.

Pada umumnya, tangki biologi pada Installasi pengolahan air limbah akan selalu dilengkapi dengan media bakteri baik model MBBR ataupun model ABR.

Media bakteri ini digunakan sebagai tempat melekatnya bakteri agar bisa berkoloni dan berkembang biak guna memastikan proses penguraian zat organik dalam air limbah terus berlangsung.

Terkait dengan hal tersebut, bottom aerator lebih kompatible terhadap keberadaan media bakteri. Hal ini disebabkan bottom aerator tidak menimbulkan gelembung kasar yang berpressure tinggi sehingga tidak akan merusak media bakteri seperti honey comb. Dan juga gelembung yang tenang dan stabil membuat media bio ball tidak dapat tersebar secara merata di seluruh area tangki.

Berbeda halnya jika yang dipilih adalah surface aerator, kemungkinan besar media honey comb akan rusak karena kuatnya tekanan dan hembusan udara dari mesin. Dan persebaran dari bioball juga tidak akan  merata karena sebaran udara hembusan dari mixer hanya terkonsentrasi di area tengah saja, sehingga kemungkinan besar bioball akan berkumpul diarea pinggir kolam.

Dan memang hal tersebut sudah direncanakan oleh fabrikator dari surface aerator, yang dalam sistem kerjanya tidak memerlukan adanya media bakteri karena memang sistem kerjanya tidak berfokus pada penguraian polutan secara full biologi, namun dengan porsi pemecahan senyawa organik dengan oksigen terlalrut.

Kolam air limbah yang berada di bawah permukaan tanah ataupun dalam tangki tertutup lebih cocok untuk menggunakan bottom aerator, sebab proses aerasi menggunakan diffusser yang dipasang di dalam tangki. Untuk aplikasi diatas permukaan tanah, dan dengan tangki terbuka maka bisa dipilih antara surface aerator ataupun bottom aerator.

Kriteria selanjutnya adalah dengan melihat ada atau tidaknya sludge dehydrator di lapangan. Proses pengolahan air limbah metode biologi dengan bottom aerator, biasanya akan menghasilkan activated sludge dalam jumlah banyak. Hal ini tentu memerlukan tambahan proses penanganan tersendiri, baik menggunakan drying bed ataupun dengan menggunakan mesin sludge dehydrator.

Berbeda halnya dengan penggunaan surface aerator, terlebih pada produk MTO2 Jet Aerator yang kami produksi. Jet aerator MTO2 akan mendifusikan udara oksigen dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Bottom aerator, hal ini bertujuan untuk membantu mengoksidasi segala pengotor yang ada di air limbah sehingga tidak perlu penguraian oleh bakteri. Dari sini, tentu tidak akan ada excess sludge dari bakteri tercipta sebab, pengolahannya tidak berfokus pada penguraian zat organik oleh bakteri.

 

Pilihlah yang sesuai

Akhir kata dari saya menyarankan rekan-rekan sekalian untuk dapat memilih jenis dan merek aerator sesuai dengan keperluan dan kebutuhan oksigen untuk pengolahan. Jikalau rekan-rekan memerlukan asistensi dalam pemilihan aerator dan pemasangannya, jangan ragu untuk menghubungi saya Mislam di nomor kontak :     .

Salam hangat dan semangat 🙂

5 Klasifikasi Jenis Teknologi Anaerob Dalam Waste Water Treatment

Dasar proses pengolahan anaerob

Pengolahan jenis anaerob, adalah pengolahan dengan membuat air limbah menjadi kekurangan oxygen dan bahkan dalam beberapa kondisi menjadi tidak mengalami kontak dengan oksigen kecuali pada bagian permukaannya.

Salah satu jenis proses pengolahan anaerob yang paling sederhana adalah ketika kita membuat sebuah galian ditanah tanpa adanya tambahan peralatan apapun di dalam galian tersebut, kemudian air limbah kita masukan ke galian tersebut. Ini adalah jenis pengolahan anaerob tipe 0 (Nol) atau yang biasa disebut dengan tipe lagoon.

Jenis-jenis Pengolahan Anaerob

Dalam 30 tahun pengalaman saya sebagai praktisi waste water treatment, saya telah mempelajari sebagian besar proses pengolahan anaerob yang digunakan di lapangan. Dan proses pengolahan secara anerob ini saya bagi menjadi 5 berdasarkan beberapa aspek mulai dari teknologi yang diperlukan, persyaratan input, dan proses yang dialami .

Saya mengelompokan proses pengolahan anaerob menjadi seperti dibawah ini :

 

Penjelasan Masing-masing Teknologi

Teknologi Nol ; Land Lagoon

Teknologi Nol maksudnya adalah benar-benar tanpa teknologi mekanikal dan elektrikal seperti pada sistem anaerobic lainnya. Tanah kosong digali kemudian air limbah dimasukan ke dalamnya untuk mendapatkan proses sedimentasi ataupun pengendapan tanpa adanya tambahan apapun adalah termasuk sistem anaerobic teknologi nol. Teknik Land Lagoon ini pada sejatinya mengikuti prinsip dari penggunaan rawa yang berfungsi untuk mengendapkan segala polutan yang datang dan membusukan kotoran-kotoran organik.

Banyak yang bertanya, apakah benar teknologi nol seperti proses Land Lagoon ini benar bisa untuk menurunkan kadar limbah dalam air limbah? Tentu jawabannya bisa dan sudah terbukti. Rekan-rekan bisa melihatnya pada proses pengolahan air limbah yang ada di pabrik sawit.

Di pabrik sawit kita dapat melihat begitu banyaknya kolam-kolam lagoon digunakan untuk pengolahan secara anaerob untuk dapat menurunkan nilai COD dan BOD yang ada pada air limbah. Kuncinya semakin besar volume dari kolam-kolam lagoon maka akan semakin baik nilai penurunan COD dan BODnya.

Pengolahan dengan teknologi nol ini tentu saja hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang memiliki tanah sangat luas seperti perusahaan perkebunan sawit dan sejenisnya tetapi agak sulit diterapkan untuk perusahaan yang memiliki tanah sangat terbatas seperti halnya yang berada di kawasan industri.

Tidak diperlukan proses pretreatment, pemisahan, penambahan kimia atau apapun untuk menggunakan proses pengolahan anaerob tipe Nol ini, cukup menyiapkan kolam dengan ukuran besar dan jumlah tertentu hingga jumlah volumenya dapat mencapai ratusan hari dari beban BOD Load yang dimiliki oleh air limbah yang masuk.

Teknologi Satu ; CSTR (Continuously Stirred Tank Reactor)

Tingkatan kedua dari proses pengolahan anaerob adalah dengan menggunakan tangki reaktor dengan proses pengadukan terus menerus dalam kondisi tanpa oksigen.

Metode CSTR ini berbeda dengan Lagoon Process yang tidak memerlukan bantuan proses pretreatment, injeksi kimia atau apapun. Dalam metode CSTR kita akan memerlukan proses pretreatment sebelumnya yang membuat air limbah memiliki spesifikasi tertentu.

TSS (Total Suspended Solid) untuk proses CSTR harus memiliki nilai dibawah 200 mg/L, dan kemudian untuk pH harus diatur berada pada angka 6-9.

Untuk mendapatkan air limbah dengan parameter seperti tadi, tentu harus dipersiapkan dengan adanya primary treatment atau pretreatment sebelum air limbah masuk ke tangki CSTR. Proses pretreatment bisa dilakukan dengan proses pemisahan partikel dengan metode kimia seperti koagulasi dan flokulasi atau bisa juga dengan proses pemisahan fisika seperti filtrasi atau bahkan bisa dengan gabungan keduanya.

Proses CSTR ini sendiri, bukan berarti air limbah harus diaduk terus menerus selama 24 jam. Tapi proses CSTR ini sendiri berarti air limbah diaduk secara berkala dalam suatu rentang waktu tertentu. Kita dapat menemukan contoh pengolahan air limbah CSTR anaerobic ini pada reaktor biogas skala RT/RW. Disana memiliki reaktor CSTR pula yang memerlukan pengadukan untuk setiap rentang waktu tertentu bisa tiap 8 jam atau tiap 12 jam atau bahkan 1 hari sekali.

Teknologi Dua ; Anaerobic Filter

Anaerobic Filter, adalah kolam anaerob yang dilengkapi dengan media bakteri sebagai tempat menempel dan berkembangnya bakteri. Tempat dari bakteri ini biasa disebut dengan honey comb yang berbentuk seperti sarang tawon.

Mirip dengan teknik CSTR, inlet dari Anaerobic filter juga harus diberikan pretreatment sebelum masuk. Hal ini untuk mencegah menempelnya kotoran dalam ukuran besar yang disertai dengan mineral logam berat. Semua kotoran tersebut diproses di pretreatment dengan proses koagulasi dan flokulasi dan dilanjutkan dengan proses sedimentasi.

Intake dari proses Anaerobic Filter juga dipersiapkan dari segi Ph yang tidak boleh berada dibawah nilai 6 dan diatas nilai 9 untuk menjaga konsistensi perkembangan dan kemampuan bakteri dalam memecahkan senyawa organik.

Untuk setiap nilai COD 1500 ppm (tentu COD biodegradable), maka akan diperlukan 1 hari debit settling. Sebagai contoh, air limbah dengan debit 10 m3/hari dengan nilai COD organik sebesar 3.000 ppm maka akan memerlukan ukuran anaerobic filter sebesar 20 m3.

Teknologi Tiga : UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket)

Jenis anerobic process dengan tipe Teknologi tiga adalah UASB, sesuai dengan namanya air limbah yang telah dikondisikan terlebih dahulu akan dialirkan dari bawah untuk masuk ke reaktor anaerob UASB. Di Reaktor UASB Air limbah akan diurai oleh mikroba anaerob sehingga menjadi  terpecah senyawa organik yang berada di dalamnya menjadi senyawa metana yang dapat lepas keudara dan sisanya aman untuk selanjutnya diproses di pengolahan aerob.

Reaktor UASB biasanya dibuat tinggi menjulang, bahkan dalam beberapa proyek yang saya tangani sendiri reaktor anaerob bisa mencapai ketinggian 10 meter. Sebab semakin tinggi suatu reaktor UASB maka tingkat penguraian anaerob akan semakin baik.

Untuk volume dari reaktor UASB disesuaikan dengan COD load yang datang. Pada beberapa case volume reaktor anaerob cukup senilai dari 8 jam debit saja jika yang di proses adalah air limbah domestik, namun akan berbeda jikalau yang diproses adalah air limbah industri.

Air limbah industri berbasis organik seperti industri makanan, bisa memiliki nilai COD pada air limbah senilai 10.000 ppm yang tentu saja akan memerlukan volume reaktor yang lebih besar. Untuk industri makanan maka volume reaktor UASB yang diperlukan biasanya tidak kurang dari 2 hari debit intake yang masuk.

Teknologi Empat : Expanded Anaerob

Teknologi tingkat empat untuk proses anaerob adalah Expanded Anaerob reactor. Sebenarnya jenis anerobic ini adalah penggabungan dari beberapa teknologi anaerob untuk hasil yang lebih sempurna. Biasanya penerapannya menggabungkan antara teknologi nol dengan jenis teknologi lainnya.

Lagoon yang notabene merupakan anaerob teknologi nol digabungkan dengan anaerobic filter, ataupun anaerobic reactor. Kita dapat menemukan tingkatan teknologi ini pada industri-industri yang memiliki area terbatas sehingga memerlukan rangkaian pengolahan air limbah khusus agar dapat mengolah air limbah tanpa menghabiskan lahan yang ada.

 

Persyaratan Pengolahan Anaerob

Secara umum, tidak ada persyaratan khusus untuk menentukan sebuah air limbah harus diolah secara anerob atau tidak. Sebab pilihan pengolahan tentu ada di tangan desainer proses itu sendiri. Namun kita tentu paham bahwa dengan memilih proses pengolahan yang tepat maka hasil yang dikeluarkan juga akan menjadi bagus dan juga cost installasi dan operasional juga akan lebih efisien.

Maka untuk memilih kita akan menggunakan proses anerob, beberapa hal ini dapat menjadi panduan :

  1. Pastikan air limbah yang diolah tinggi kandungan organik
  2. Pastikan air limbah telah bebas dari logam berat, jika ada maka pisahkan di pretreatment
  3. Air limbah tidak mengandung zat desinfektan ataupun antibiotik
  4. Suhu air limbah yang masuk maksimum 45o
  5. Pastikan terdapat jalur untuk pengeluaran gas metana
  6. Usahakan bentuk kolam anaerob dalam atau tinggi, bukan memanjang.

 

Cara Memilih Proses Anaerob yang tepat

Untuk memiliih proses anaerob manakah yang akan diambil, maka ada beberapa tips tambahan dari saya sebagai pertimbangan :

Semakin beragam jenis pengotor yang ada dalam air limbah, maka akan memerlukan jenis pengolahan air limbah yang semakin kompleks. Pengolahan secara anaerob tipe satu hingga empat tidak dapat dipilih untuk air limbah yang masih mengandung logam berat dan desinfektan.

Teknologi Nol hanya bisa diterapkan untuk perusahaan yang memiliki area bebas yang luas seperti perkebunan dan sejenisnya. Untuk perusahaan yang memiliki area terbatas disarankan untuk menginstall tipe Anaerob UASB guna menghemat lahan yang ada, ataupun juga tipe lainnya.

Perhatikan analisa input air limbah, jika air limbah memiliki pH, kandungan logam berat, suhu dan parameter lainnya yang tidak sesuai dengan kondisi intake biological process maka kita harus menyesuaikannya terlebih dahulu.

Pada saat memilih jenis pengolahan anaerob, kita juga harus memperhatikan keberadaan sarana dan prasaran yang ada. Untuk area remote yang jauh dari keberadaan listrik maka teknologi rendah yang digunakan. Sedangkan untuk area yang padat dan memiliki prasarana serta sarana yang memadai maka teknologi tinggi bisa diterapkan.

Untuk rekan-rekan yang memerlukan bantuan ataupun assistensi dalam pembuatan reaktor anaerob untuk pengolahan air limbah. Dapat menghubungi kontak saya di :

 

Salam Hangat,

Dwi Handaya, S.T., MK3

Bisnis Air Tidak Harus Basah

Menjadi seorang pengusaha, tentu menjadi cita-cita banyak orang di negeri ini. Banyak bacaan dan tontonan yang menyuguhkan betapa mewah dan bebasnya kehidupan seorang pengusaha. Ditambah lagi dengan jumlah nominal yang tertera rekening, yang digambarkan oleh video-video youtube sangat fantastis. Kadang dibilang Sultan lah.

Apakah benar demikian?  Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Semua tergantung banyak faktor ketika membicarakan tentang kesuksesan seorang pengusaha. Tapi, yang bisa saya jamin adalah tidak ada proses instan dalam meraih kesuksesan, termasuk ketika memutuskan menjadi seorang pengusaha.

Saya terlahir di sebuah kota yang sangat sarat dengan budaya Sunda, kemudian melanjutkan kuliah di salah satu Universitas Negeri di Kota Bogor dengan jurusan pertanian. Semasa saya bersekolah di Purwakarta maupun kuliah di Bogor, saya telah mengikuti cukup banyak organisasi. Dan dari sana jaringan pertemanan terus membawa saya ke Organisasi besar lainnya selepas kuliah.

 

Berbisnis Berbekal ilmu Dunia Kerja atau Organisasi?

Banyak yang bilang, jikalau orang yang sudah terbiasa berorganisasi tentu tidak akan sulit memulai bisnis hal ini karena sudah biasa berurusan dan negosiasi dengan orang lain. Tapi ternyata anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar juga. Karena pada faktanya, pergaulan yang saya temui di Organisasi malah membuat saya terlalu banyak masukan dan sibuk mempelajari kehidupan serta manusia hingga lupa untuk langsung terjun ke Dunia Usaha.

13 tahun saya rasa adalah waktu yang cukup lama untuk menekuni dan tahu dengan cukup mendalam tentang water treatment terlebih karena waktu tersebut saya habiskan untuk bekerja di Perusahaan asing sebagai sales Engineer. Tapi ya karena memang passion saya aslinya bukan kepada ilmu teknis water treatment, maka 13 tahun tersebut yang matang adalah ilmu saya dalam berorganisasi.

Beragam organisasi saya ikuti, khususnya organisasi profesi dan pengusaha seperti PII (Persatuan Insinyur Indonesia), IDWA (Indonesia Water and Waste Water Association), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia) dan lainnya. Dan alhamdulillah di kebanyakan organisasi tersebut saya menjadi pengurus inti, ya salah satunya di IDWA ini menjabat dua kepala bidang sekaligus.

Pengalaman dalam berorganisasi ini ternyata membuat saya membuat usaha yang terkait dengan organisasi juga yang berfokus dalam bidang pelatihan SDM dan penelitian terhadap insight suatu masalah dan solusinya.

Pengalaman malang melintang di dunia organisasi ini juga membuat saya terbiasa menghandle dan berkordinasi dengan para senior dan petinggi di Republik ini. Dan hal tersebut tidak akan pernah didapatkan jikalau kita menekuni dunia teknik saja.

 

Dalam Berbisnis Ikuti Passion kamu?? Benarkah?

Generasi milenial ini, saya rasa adalah generasi yang gampang terpicu dan suka ikut ikutan latah (Viral) dengan yang sedang ngetrend. Salah satunya adalah trend menjadi Pengusaha muda, yang banyak digembar gemborkan di Youtube, TikTok, Facebook dan lainnya. Apakah hal ini salah untuk diikuti? Tentu tidak, tapi..

Menjadi pengusaha sejatinya harus memiliki skill set yang mendukung usaha tersebut, dan yang paling krusial adalah harus menaruh seluruh usaha dan harapan pada usaha yang sedang digeluti agar tidak setengah setengah.

Kebanyakan dari kita saat menemui jalan berliku atau dinding penghalang sedikit saja, eh sudah mengibarkan bendera putih. Kalau itu yang kita miliki maka buang saja deh impian untuk jadi pengusaha. Karena mental dan Mindset untuk jadi pengusaha saja kita tidak memilikinya.

 

Menjadi pengusaha Diatasnya Langsung Tuhan

Perlu diingat oleh teman-teman pembaca yang mau menjadi pengusaha, bahwa menjadi pengusaha berarti bosnya langsung Tuhan. Tidak ada yang memberi perintah harus ini atau harus itu semua inisiatif ada pada diri kita sendiri, dan perjalanan bisnis kita lancar dan macetnya ditentukan oleh Tuhan.

Tidak percaya? Coba deh kita perhatikan bos-bos besar di pabriknya lihat sekelilingnya, pasti kita dapat menemukan dupa atau kuil kecil disana. Karena apa? Karena menjadi seorang pengusaha itu membutuhkan spiritualitas yang tinggi, tidak ada yang pasti di dunia bisnis.

 

Kalau mau Kaya, tidak harus jadi pengusaha!

Saya yakin kebanyakan dari kita pada saat usia 30-an pasti sudah memiliki skill set masing-masing, dan skill set tersebut adalah hal yang membuat kita memiliki penghasilan terbesar saat itu.

Sebagai contoh, seorang tukang bakso pasti harus memiliki serangkai keahlian sehingga bisa menjadi tukang bakso. Keahlian tersebut bisa dari ahli memilih belanjaan untuk bahan bakso, ahli menggiling daging, ahli merebus bakso, ahli penyajian yang dengan hal tersebut si Tukang Bakso bisa mendapatkan banyak penghasilan.

Contoh lainnya adalah dokter, sebuah profesi yang saat sebelum ada BPJS adalah profesi yang sangat bonafit karena bisa menghasilkan uang banyak. Profesi tersebut bisa memberikan banyak penghasilan karena skill set yang dimiliki.

Maka dari itu, untuk teman-teman sekalian jikalau ingin menjadi sekedar kaya maka tidak harus menjadi pengusaha tapi kuasailah skill set tertentu dengan benar-benar mahir maka niscaya teman-teman akan diberikan harga tinggi untuk hal tersebut.

Karena jadi pengusaha pasti akan mengalami rangkaian kegagalan pahit dan membuat frustasi, maka jika tidak siap saya sarankan jangan terjun menjadi pengusaha sebelum memiliki mindset dan skill set yang tepat. Kalau sekedar mau kaya, perdalam Skill set yang dimiliki saja.

 

Sebelum Kejebur jadi Pengusaha, Lihat Insight nya dulu Ya!

Dan satu hal lagi untuk teman-teman yang sedang dalam perenungan untuk memutuskan mau jadi pengusaha atau tidak, supaya tidak kaget dengan kenyataan yang dihadapi maka lihat juga insight dari suatu usaha. Pelajari resikonya, pelajari tantangannya, dan simulasikan kondisi diri ketika mengalami kegagaln dalam usaha kemudian apa yang akan dilakukan ketika itu terjadi?

Jikalau masih ada jawaban ketika bisnis gagal maka akan kembali menjadi karyawan, maka stop saja menjadi pengusaha. Sebab itu tadi mindset goalnya saja belum memiliki. Kalau nanti usahanya gagal malah bisa bunuh diri.

 

Bisnis Air Tidak Harus Basah

Dan untuk bahasan terakhir, jikalau memang kita mau berbisnis maka pelajarilah pribadi diri sendiri terlebih dahulu. Jikalau kita memulai usaha, maka mau sebagai apakah posisi kita.

Seperti yang saya pegang saat ini, saya berbisnis air dalam hal water engineering tapi ternyata saya tidak harus tuh ikut basah-basahan. Yang terpenting adalah kita bisa menggunakan segala daya upaya, dan skill set yang kita miliki untuk mendukung usaha itu berjalan.

Seperti bos material juga tidak mesti untuk mampu mengangkat berton-ton semen masuk ke dalam gudang. Yang terpenting kan tetap dari sisi manajemen, inventory dan penjualan semen itu sendiri. Sedangkan masalah angkut-angkut dan kirim kita bisa serahkan pada kuli yang bekerja pada material. Betulkan!?

Akhir kata, untuk teman-teman yang masih mau berbisnis harus diingat Bisnis Air Ga Harus Basah!. Artinya kita tidak harus terjun full menjadi pelaku atau pengasong bisnis tersebut, yang terpenting adalah kita memiliki mindset serta skill set yang mendukung bisnis itu berjalan. Dan yang terakhir, Anda wajib memiliki spiritualitas yang tinggi karena diatas pengusaha hanya ada Tuhan :).

 

Salam sukses dari saya,

M. Sirod